Alkisah di sebuah kerajaan, tinggallah seorang penasihat raja yang buruk rupa, namun sangat bijaksana. Raja selalu mendengarkan perkataan penasihat tersebut, sehingga sang ratu menjadi iri kepada penasihat itu. Raja seringkali mengabaikan pendapat sang ratu dan mengikuti saran dari penasihat yang buruk rupa ini. Lama kelamaan, sang ratu pun menjadi semakin iri hati. Ratu ini merasa bahwa si penasihat buruk rupa ini adalah penyihir yang membawa pengaruh buruk kepada raja dan kerajaannya.
Suatu kali, ditengah rasa iri yagn semakin memuncak, ratu menjumpai penasihat yang buruk rupa ini. Di menghinanya sebagai manusia yang tidak berarti. Si penasihat hanya tersenyum menanggapi hinaan dan segala cacian dari sang ratu. Penasihat buruk rupa hanya berkata bahwa anggur kerajaan yang terbaik disimpan di dalam bejana tanah liat yang kelihatan kotor, sama seperti anggur petani di desa-desa.
Ratu tidak paham dengan perkataan si penasihat ini. Tetapi, segeralah sang ratu ini memeriksa anggur-anggur di kerajaannya. Betapa terkejut dan marahnya ia saat melihat dan mendapati bahwa anggur kerajaan disimpan di bejana tanah liat! Sang ratu sangat malu, di kerajaannya yang besar itu, anggur terbaik ternyata disimpan dalam bejana tanah liat yang nampak tidak terawat. Sang ratu segera memerintahkan agar anggur tersebut dipindahkan ke dalam bejana emas dan perak.
Selang beberapa hari kemudian, sang raja mengadakan perjamuan makan dengan mengundang raja-raja dari kerajaan tetangga. Saat hendak menyuguhkan anggur, sang raja mengatakan kepada teman-temannya bahwa inilah anggur terbaik yang pernah dimiliki kerajaannya. Belum ada anggur yang lebih baik daripada anggur yang disediakan kerajaan tersebut. Namun, apa yang terjadi? Ternyata anggur yang disuguhkan menjadi asam! Tentu saja sang raja marah besar. Ratu pun malu dan mengakui perbuatannya. Sang ratu tidak mengira bahwa anggur yang ditempatkan di bejana tanah liatlah yang akan membuat anggur berproses menjadi anggur yang terbaik. Dan ketika diganti dengan bejana emas dan perak, anggur tersebut akan bereaksi dan bukannya menjadi anggur yang baik, namun akan menjadi anggur yang berasa asam.
Akhirnya sang ratu pun sadar. Ia memandang si penasihat buruk rupa, dan mengertilah ia arti dibalik perkataan si penasihat soal anggur terbaik. Kini, sang ratu mengerti, bahwa ketampanan atau kecantikan bukanlah segalanya. Buruk rupa tidak berarti buruk isinya, buruk tabiatnya. Cantik di luar belum berarti cantik di dalam. Ya, anggur terbaik memang harus disimpan dalam bejana tanah liat